Main Article Content

Abstract

Kemajuan teknologi dalam bidang konstruksi yang semakin pesat, membuat berkembangnya juga aspek-aspek metode konstruksi yang dilakukan. Metode pekerjaan pembetonan sangat erat kaitannya dengan proses yang disebut pemadatan. Tujuan dari pemadatan adalah menghilangkan udara yang terjebak dalam beton segar sehingga diperoleh beton tahan lama dan tidak berongga yang dapat mengakibatkan beton itu keropos. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bahan Bangunan dan Beton Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan dari kuat tekan beton dari sampel beton SCC antara beton agregat kasar Pasuruan dengan beton agregat kasar Sumenep. Metode penelitian ini meliputi : beton SCC menggunakan 100% agregat kasar Sumenep dan beton SCC menggunakan 100% agregat kasar Pasuruan terhadap kuat tekan beton fc’ 35 Mpa. Mix design beton SCC menggunakan metode Trial Error. Hasil pengujian tekan beton SCC umur 7 hari untuk agregat kasar Sumenep dan agregat kasar Pasuruan berturut-turut sebesar 19,90 Mpa, dan 24,90 Mpa. Hasil pengujian tekan beton SCC umur 14 hari untuk agregat kasar Sumenep dan agregat kasar Pasuruan berturut-turut sebesar 30,27 Mpa, dan 38,76 Mpa. Hasil pengujian tekan beton SCC umur 21 hari untuk agregat kasar Sumenep dan agregat kasar Pasuruan berturut-turut sebesar 42,44 Mpa, dan 43,86 Mpa. Hasil pengujian tekan beton SCC umur 28 hari untuk agregat kasar Sumenep dan agregat kasar Pasuruan berturut-turut sebesar 42,44 Mpa, dan 44,14 Mpa. Hasil pengujian tarik belah beton SCC umur 28 hari untuk agregat kasar Sumenep dan agregat kasar Pasuruan sebesar 15,04 Mpa, dan 15,48 Mpa. Perbandingan biaya pembuatan beton SCC selisihnya sebesar Rp 85,702.02 lebih murah menggunakan agregat Pasuruan.

Keywords

self-compacting concrete; SCC; workability; flow ability

Article Details

References

Read More