Penambahan Sabut Kelapa dan Penggunaan Lem Kayu Sebagai Perekat untuk Meningkatkan Nilai Kalor pada Biobriket Enceng Gondok (Eichhornia crassipes)

Authors

  • Indri Yanti Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Wiralodra, Indonesia
  • Muh Pauzan Departemen Teknik Komputer, Fakultas Teknik, Universitas Wiralodra, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.33795/jtkl.v3i2.119

Keywords:

biobriquette, water hyacinth, wood glue, calorific value, coconut husk

Abstract

Penggunaan energi fosil yang berlebihan menjadikan ketersedian sumber energi tersebut semakin menipis. Oleh karena itu, diperlukan suatu usaha untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil, seperti menyediakan energi alternatif yang dapat diperbahurui, melimpah jumlahnya, dan ekonomis. Salah satu sumber energi alternatif yang dapat dikembangkan adalah biobriket dari biomassa. Pada penelitian ini, biomassa yang digunakan yaitu enceng gondok dan sabut kelapa dengan menggunkan lem kayu sebagai perekat. Nilai kalor enceng gondok masih rendah maka untuk meningkatkan nilai kalornya dilakukan penambahan sabut kelapa. Konsenterasi perekat adalah 10% dari massa total sampel dengan ukuran partikel 20 mesh untuk ketiga variasi perbandingan antara enceng gondok dan sabut kelapa yaitu 1:1, 3:1 dan 1:3 berturut-turut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biobriket dengan perbandingan 1:1, 3:1 dan 1:3 memiliki nilai kalor sebesar 4990 kal/g, 4749 kal/g dan 5312 kal/g berturut-turut. Nilai kalor 5312 kal/g sudah sesuai standar SNI 01-6235-2000. Sampel yang memiliki nilai kalor tertinggi tersebut disebabkan oleh komposisi sabut kelapa yang paling banyak diantara sampel lain. Sampel dengan kalor tertinggi memiliki kadar air, kadar abu, kadar zat terbang dan kadar karbon padat sebesar 9%, 12%, 60%, dan 19% berturut-turut.

Excessive use of fossil energy results decrease of energy resources. Therefore, an alternative energy is studied to reduce the dependent on fossil energy. Alternative energy has the characteristics such as renewable, abundant and economist. One of the alternative energy that could be developed is biobriquette from biomass. In this research, biobriquette is synthesized from both water hyacinth and coconut husk, wood glue as adhesive. Due to the calorific value of water hyacinth that is relatively small, coconut husk is added, wood glue is used to improve the value. Glue’s concentration is 10% of the total sample’s mass with 20 mesh particle size for three samples with ratio between water hyacinth and coconut husk is 1:1, 3:1 and 1:3, respectively. The result shows that biobriquette with the ratio 1:1, 3:1 and 1:3 has a calorific value of 4990 cal/g, 4749 cal/g and 5312 cal/g, respectively. The 5312 cal/g is match to SNI 01-6235-2000 standard and that the highest value is the effect of the largest amount of coconut husk than the other samples. Biobriquette that has the highest calorific value has the inherent moisture, ash content, volatile matter and fixed carbon 9%, 12%, 60% and 19% respectively.

References

A. F. Utomo, N. Primastuti, Pemanfaatan limbah furniture enceng gondok (Eichornia crassipes) di Koen Gallery sebagai Bahan Dasar Pembuatan Briket Bioarang, J. Teknol. Kim. dan Ind., vol. 2, no. 2, hal. 220–225, 2013.

N. S. L. Srivastava, S. L. Narnaware, J. P. Makwana, S. N. Singh, S. Vahora, Investigating the energy use of vegetable market waste by briquetting, Renew. Energy, vol. 68, hal. 270–275, 2014.

A. Demirbas, Combustion characteristics of different biomass fuels, Prog. Energy Combust. Sci., vol. 30, no. 2, hal. 219–230, 2004.

T. I. Husada, Arang Briket Tongkol Jagung Sebagai Energi Alternatif, Laporan Penelitian, Universitas Negeri Semarang, Semarang, Indonesia, 2008.

D. Hendra, Pemanfaatan Eceng Gondok (Eichornia crassipes) untuk Bahan Baku Briket Sebagai Bahan Bakar Alternatif, J. Penelit. Has. Hutan, vol. 29, no. 2, hal. 189–210, 2011.

M. A. Karim, E. Ariyanto, A. Firmansyah, Sebagai Bahan Bakar Energi Terbarukan, Reaktor, vol. 15, no. 1, hal. 59–63, 2014.

S. T. Dwiyati, A. Kholil, Pembuatan Briket Hasil Pemanfaatan Eceng Gondok dan Sampah Plastik HDPE Sebagai Energi Alternatif, Jurnal Konversi Energi dan Manufaktur UNJ, vol. 1, No. 2, hal. 98–103, 2014.

A. Saleh, Efisiensi Konsentrasi Perekat Tepung Tapioka Terhadap Nilai Kalor Pembakaran pada Biobriket Batang Jagung (Zea mays L.), Teknosains, vol. 7, no. 1, hal. 78–89, 2013.

B. S. Nasional, Standar Nasional Indonesia Briket Arang Kayu, Badan Standarisasi Nasional, Samarinda, Indonesia, 2000.

A. Sulistyanto, Pengaruh Variasi Bahan Perekat Terhadap Laju Pembakaran Biobriket Campuran Batubara dan Sabut Kelapa, J. Media Mesin, vol. 8, no. 2, hal. 45–52, 2007.

K. D. Lestari L.F, R. D. Ratnani, S. Suwardiyono, N. Kholis, Pengaruh Waktu Dan Suhu Pembuatan Karbon Aktif Dari Tempurung Kelapa Sebagai Upaya Pemanfaatan Limbah Dengan Suhu Tinggi Secara Pirolisis, J. Inov. Tek. Kim., vol. 2, no. 1, hal. 32–38, 2017.

ASTM International, Standard Test Method for Gross Calorific Value of Coal and Coke, Annu. B. ASTM Stand., hal. 1–19, 2012.

P. D. Grover, S. K. Mishra, Biomass Briquetting : Technology and Pratices, Bangkok: Food and Agriculture Organization of The United Nations, 1996.

M. R. Afriyanto, Pengaruh Jenis dan Kadar Bahan Perekat pada Pembuatan Briket Blotong Sebagai Bahan Bakar Alternatif, Skripsi, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor, Indonesia, 2011

M. Billah, Bahan Bakar Alternatif Padat (BBAP) Serbuk Gergaji Kayu, Surabaya: UPN Press, 2009.

T. Aziz, M. F. Indraman, U. Alawiyah, Pemanfaatan Tempurung Kelapa dan Tempurung Sawit untuk Pembuatan Asap Cair Sebagai Penghilang Bau pada Lateks Dengan Metode Pirolisis, J. Tek. Kim., vol. 17, no. 8, hal. 41–48, 2011.

R. Moeksin, L. Comeriorensi, R. Damayanti, Pembuatan Bioetanol dari Eceng Gondok (Eichhornia Crassipes) dengan Perlakuan Fermentasi, J. Tek. Kim., vol. 22, no. 1, hal. 9–17, 2016.

A. A. F. Art C, Biokonversi Lignoselulosa Limbah Sabut Kelapa Menjadi Bioetanol Menggunakan Trichoderma reesei, Zimomonas mobilis dan Pichia stipitis, Skripsi, Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Bogor, Indonesia, 2014.

M. Faizal, M. Saputra, F. A. Zainal, Pembuatan Briket Bioarang Dari Campuran Batubara dan Biomassa Sekam Padi dan Eceng Gondok, J. Tek. Kim., vol. 21, no. 4, hal. 27–38, 2015.

M. Faizal, I. Andynapratiwi, P. D. A. Putri, Pengaruh Komposisi Arang Dan Perekat Terhadap Kualitas Biobriket Dari Kayu Karet, J. Tek. Kim., vol. 20, no. 2, hal. 36–44, 2014.

J. Purwanto, S. Sofyan, Pengaruh Suhu dan Waktu Pengarangan Terhadap Kualitas Briket Arang dari Limbah Tempurung Kelapa Sawit, J. Litbang Ind., vol. 4, no. 1, hal. 29–38, 2014.

Downloads

Published

2019-10-31