Main Article Content

Abstract

Limbah pecahan keramik merupakan hasil dari kegiatan industri dan konstruksi yang jumlahnya melimpah dan seringkali dibuang tanpa pemanfaatan, sehingga berpotensi mencemari lingkungan. Salah satu upaya untuk mengurangi dampak tersebut adalah memanfaatkan limbah keramik sebagai bahan substitusi dalam campuran beton. Di sisi lain, beton sebagai material utama dalam konstruksi memiliki kelemahan berupa penurunan kekuatan saat terpapar suhu tinggi. Penelitian dilakukan secara eksperimental mengacu pada SNI 03-2834-2000 di laboratorium dengan benda uji silinder Ø15 x 30 cm, menggunakan variasi limbah keramik sebesar 0%, 10%, 15%, dan 20%, dan umur rencana 7, 14, dan 28 hari, suhu pembakaran 300°C durasi 2 jam. Uji absorpsi pada umur 28 hari, dengan jumlah benda uji 80 sampel, masing-masing variasi berjumlah 20 sampel beton. Hasil penelitian mendapatkan nilai rata-rata Kuat tekan umur 28 hari beton normal (BN) 32,87 MPa, beton variasi keramik 10% (BVK10%) 23,76 MPa, (BVK15%) 24,45 MPa, dan (BVK20%) 27,46 MPa, penggunaan limbah keramik hingga 15% masih menghasilkan kuat tekan yang sesuai dengan mutu beton rencana. Nilai absorpsi beton terkecil (BVK15%) mendapatkan hasil rata-rata 4,30%, absorpsi cenderung menurun seiring bertambahnya kadar limbah, menunjukkan peningkatan kerapatan dan durabilitas. Beton campuran limbah keramik juga menunjukkan performa lebih stabil setelah pembakaran dibandingkan beton konvensional. Hasil sisa kuat tekan (BN) 25,41 MPa, hasil beton variasi keramik pasca bakar (BVKPB 10%) 20,13 MPa, nilai (BVKPB 15%) 22,34 MPa, dan (BVKPB 15%) 23,38 MPa. Dibandingkan dengan beton 28 hari, beton dengan variasi keramik 15% pasca pembakaran mendapatkan hasil penurunan terkecil sebesar 2,11 MPa atau sebesar 9,43%. Dengan demikian, limbah keramik dapat dimanfaatkan sebagai bahan alternatif ramah lingkungan dalam campuran beton.

Keywords

Absorpsi Kuat tekan Limbah keramik Suhu tinggi

Article Details

References

  1. ASTM, S. N. I. (2012). Metode uji untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar ( ASTM C 136-06 , IDT ).
  2. Badan Standardisasi Nasional. (2014). SNI 2816:2014 Metode Uji Bahan Organik dalam Agregat Halus untuk Beton. Badan Standar Nasional Indonesia, 10. https://spada.uns.ac.id/pluginfile.php/107105/mod_resource/content/1/sni-2816---2014_2 zat organik.pdf
  3. Badan Standarisasi Nasional. (2008). SNI 1969:2008 Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar. Badan Standar Nasional Indonesia, 20.
  4. Chouhan, M. K., Meena, N., Agrawal, J., & Gupta, T. (2024). Enhancing Durability of Concrete and Mortar with Ceramic Waste: A Comprehensive Review. Journal of Scientific Research and Reports, 30(8), 485–502. https://doi.org/10.9734/jsrr/2024/v30i82272
  5. Holan, J., Novák, J., Müller, P., & Štefan, R. (2020). Experimental investigation of the compressive strength of normal-strength air-entrained concrete at high temperatures. Construction and Building Materials, 248. https://doi.org/10.1016/j.conbuildmat.2020.118662
  6. Muzaki, K., & Bastian, R. P. (2020). Pemanfaatan Limbah Pecahan Keramik Sebagai Bahan Pengganti Agregat Kasar Pada Beton Eco-Ceracon. 18(2), 1–9. https://core.ac.uk/download/pdf/567955199.pdf
  7. Primadi B, R., & Muzaki, K. (2020). Pemanfaatan Limbah Pecahan Keramik Sebagai Bahan Pengganti Agregat Kasar Pada Beton Eco-Ceracon. https://core.ac.uk/download/pdf/567955199.pdf
  8. SNI-03-2834. (2000). Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal. SNI- 03-2834-, 3, 2834.
  9. SNI-1972. (2008). Cara Uji Slump Beton.
  10. SNI 1971:2011. (2011). “Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan.” Badan Standarisasi Nasional, 1–11.
  11. SNI 1974. (2011). Sni-1974-2011 cara uji kuat tekan dengan benda uji silinder. SNI-1974-2011
  12. Departemen Pekerjaan Umum. 2008. Standar Nasional Indonesia 2417:2008. Cara Uji Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi Los Angeles. Jakarta.